“Menjembatani Masa Lalu dan Masa Depan: Mahasiswa SPI Belajar Langsung di Keraton Kasepuhan”

Cirebon, 20 September 2025 — Di era globalisasi yang kian menguat, mahasiswa Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI) Fakultas Ushuluddin dan Adab UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon memutuskan untuk menghidupkan kembali nilai-nilai lokal. Melalui kegiatan “Meniti Tradisi, Menyapa Budaya”, mereka mendatangi Keraton Kasepuhan untuk mendalami, menjalin komunikasi, dan merekam kehidupan sejarah yang tetap lestari hingga hari ini. Pelaksanaan kegiatan dilakukan di lingkungan Keraton Kasepuhan, beralamat di Jl. Kasepuhan No. 43, Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Agenda ini berjalan mulai 1 hingga 15 September 2025, setiap hari pukul 09.00–16.00 WIB, kecuali pada hari Kamis.

Dalam jangka waktu dua pekan lebih, mahasiswa menjalani praktik lapangan yang dikemas melalui program pembelajaran berbasis pengalaman. Materi yang mereka ikuti mencakup pelatihan menjadi pemandu sejarah, studi lapangan mengenai gamelan, pendokumentasian upacara adat, serta pengenalan mendalam terhadap aksara Carakan. Melalui berbagai aktivitas ini, peserta memperoleh pemahaman yang lebih menyeluruh tentang dinamika budaya Cirebon beserta nilai-nilai historisnya.

Kegiatan ini merupakan pembelajaran lapangan yang dirancang untuk memperluas wawasan mahasiswa melalui pengalaman langsung. Mereka mengikuti pembekalan, pelatihan teknis, dan berbagai aktivitas yang menghubungkan secara nyata dengan warisan budaya Cirebon. Momen paling berkesan ialah menyaksikan dan mendokumentasikan prosesi sakral Panjang Jimat yang memadukan nilai religius, historis, dan sosial. Kehadiran Sultan Keraton Kasepuhan beserta jajaran keraton semakin menegaskan pentingnya pelestarian budaya sebagai tanggung jawab bersama.

Dalam program ini mahasiswa berperan lebih dari sekadar peserta. Mereka turun langsung sebagai pemandu wisata sejarah, mendistribusikan brosur budaya ke komunitas pengajian, hingga membantu pengelolaan pusaka keraton. Kegiatan tersebut tidak hanya memperluas wawasan belajar mereka, tetapi juga memberi dampak positif bagi masyarakat dalam mengenang kembali kekayaan sejarah lokal. Didampingi langsung oleh pengelola Keraton Kasepuhan, agenda ini menjadi ajang kolaborasi yang memadukan dunia akademik dengan institusi budaya secara harmonis.

Raden Nanung Suradi, atau yang biasa disapa Nanung, hadir sebagai narasumber utama. Ia merupakan abdi dalem Keraton Kasepuhan sekaligus penjaga sejarah lisan keraton. Kepada mahasiswa, Nanung menyampaikan penjelasan mengenai asal-usul Keraton Kasepuhan, filosofi tradisi Cirebon, dan peran penting keraton dalam menjaga harmoni masyarakat. Dalam salah satu sesi interaktif, ia menekankan bahwa tradisi adalah jembatan masa depan, dan generasi muda harus menjadi penjaga nilai, bukan sekadar penonton sejarah.

Kegiatan “Meniti Tradisi, Menyapa Budaya” berperan penting dalam memperluas wawasan sejarah mahasiswa sekaligus menumbuhkan kepedulian mereka terhadap pelestarian budaya bangsa. Hal ini selaras dengan visi UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon untuk menghasilkan lulusan yang berkompeten secara akademik, berkarakter, dan siap berkontribusi nyata di masyarakat. “Melalui program ini, kami tidak hanya mempelajari sejarah, tetapi juga menumbuhkan kecintaan pada identitas budaya kami,” ungkap salah satu mahasiswa SPI semester 5.

Penyebarluasan informasi kegiatan ini penting dilakukan guna mendorong sivitas akademika, baik dari jurusan SPI maupun jurusan lain, menjadikan budaya sebagai sumber belajar yang hidup. Kekayaan lokal seperti yang dimiliki Keraton Kasepuhan bukan hanya untuk dipelajari, tetapi juga untuk dihidupkan kembali melalui keterlibatan generasi muda. Partisipasi mahasiswa dalam kegiatan budaya ini menjadi bukti bahwa UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon menegaskan pelestarian budaya bukan hanya kewajiban kalangan akademisi dan budayawan, tetapi juga tanggung jawab generasi muda di tanah air.

Poin Penting dari Kegiatan Ini:

  1. Tradisi: Mahasiswa belajar langsung dari prosesi dan simbol budaya yang hidup.
  2. Budaya: Kegiatan menjadi sarana pelestarian budaya lokal Cirebon.
  3. Keraton Kasepuhan: Sebagai mitra strategis dan ruang belajar yang autentik.
  4. Cirebon: Kota budaya yang menjadi laboratorium sosial-historis bagi mahasiswa SPI.
Scroll to Top