SITUS KUBUR BATU BELAWA MEMPRIHATINKAN
Pada hari Sabtu kemarin, sejumlah kendaraan baik itu roda dua dan roda empat berbaris di salah satu sudut kebun tebu yang ada di Desa Belawa, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon. Para pemilik kendaraan-kendaraan itu adalah aparat desa, rombongan relawan yang peduli pada Belawa, akademisi dari Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon, dan Balai Arkeologi Jawa Barat. Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Cirebon pun turut turun kesana.
Tujuan dari kedatangan rombongan itu adalah untuk melakukan pengecekan terhadap Situs Kubur Batu Belawa, karena ada permintaan dari masyarakat yang merasa prihatin dengan kondisi situs bersejarah tersebut. Situs Peti Kubur Batu Belawa sendiri adalah situs bebatuan berbentuk kubur batu yang berupa papan-papan batu yang disusun seperti halnya peti. Secara umum, kubur batu dikenal sebagai peninggalan zaman pra-aksara atau zaman dimana tradisi tulisan belum dikenal oleh masyarakatnya.
Menurut Lutfi Yondri, Arkeolog Balai Arkeolog Jawa Barat yang ada dalam kegiatan tersebut, Situs Kubur Batu Belawa adalah tinggalan masa Pra-Aksara yang penting karena memuat hasil budaya manusia kuno di Indonesia yang khas. Tidak hanya budaya bebatuan yang ada di situs itu, namun juga budaya logam.
“Dalam penelitian yang pernah dilakukan, di Situs Kubur Batu Belawa ditemukan artefak lepas berupa fragmen gerabah yang sudah sangat rapuh, serta fragmen perunggu yang juga dalam kondisi demikian karena adanya proses pelapukan. Apabila berkaca pada penelitian-penelitian lain, perunggu dari hasil ekskavasi dalam peti kubur batu diduga sebagai bekal kubur bagi jenazah yang dikebumikan di dalam bangunan bersejarah tersebut,” jelas Lutfi.
Sementara itu, Arif, masyarakat setempat, menyayangkan dengan sikap dari pihak tertentu yang seolah tidak peduli terhadap situs ini. Dengan kondisi yang sama sekali tidak terlindungi, kubur batu tersebut rawan akan penjarahan.
“Kita bisa lihat bersama bahwa situs ini berada di tengah kebun tebu, tanpa pelindung (atap) dan juga pagar. Kalau begini kan siapa pun bisa datang dan kalau orangnya jahat, bisa membawa bebatuan ini semau mereka. Aneh juga kan bukti sejarah Cirebon yang penting tapi sama sekali tidak diperhatikan oleh dinas atau orang pemerintahan Kabupaten Cirebon sendiri,” ungkapnya.
Di samping itu, pihak Jurusan SKI IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang mengundang Balai Arkeologi Jawa Barat untuk sama-sama mengecek situs itu menyatakan bahwa Situs Peti Kubur Batu Belawa adalah situs penting milik Kabupaten Cirebon. Mereka juga berharap agar situs ini tetap lestari agar bisa terus disaksikan oleh para generasi yang akan mendatang.
“Sebagai satu-satunya peti kubur batu yang ditemukan di Cirebon, sudah sepatutnya situs ini mendapat perhatian dari pihak-pihak terkait, mengingat kondisinya kini sudah sangat memprihatinkan. Apabila tidak ditangani dengan segera, bukan tidak mungkin kita hanya akan mendengar cerita tentang peninggalan budaya ini saja dan sama sekali tidak dapat menyaksikannya secara langsung,” ungkap Deni, sebagai Dosen Arkeologi di lingkungan akademik IAIN Syekh Nurjati tersebut.11/03/20/SKI)